Hutan Jati Cepu dan Loko Tour Tua
Ingat Cepu, ingat Blok Cepu. Ya, mungkin seperti itulah yang menghujam di benak publik. Cepu yang masuk wilayah Kabupaten Blora, Jawa Tengah, kini memang lagi terguyah oleh ontran-ontran masuknya perusahaan minyak Exxon Mobile. Meski kecil, Cepu juga dikenal cukup ramai karena menjadi transit bis-bis yang menuju Surabaya dan juga kereta api dari Jakarta.
Selain Exxon Mobile dan keramaian sebuah kota kecil, Cepu juga memiliki sesuatu yang bisa memicu penasaran. Tahukah Anda soal lokomotif tua? Penduduk sekitar biasa menyebutnya sepur kluthuk. Kesannya memang kuno dan antik. Di sini yang terbayang adalah sebuah loko tua dengan beberapa gerbong yang jalannya merayap bagai ular. Selama dua jam, saya dan pengunjung lain diajak menyusuri alam pedesaan dan hutan jati.
Loko Tour di Cepu sudah dibuka sejak 1978. Dan jenis wisata ini merupakan serangkai dari objek wisata yang berada di wilayah Kabupaten Blora, seperti Pusat Penelitian dan Pengembangan Jati milik Perusahaan Umum Perhutani Pusat yang berada di Kesatuan Pemangku Hutan Cepu dan wisata geologi berupa pengeboran minyak dan gas bumi. Di Jawa Tengah, hanya ada dua Loko Tour, yaitu di Cepu dan di Ambarawa.
Loko Tour merupakan paket perjalanan wisata di hutan jati Cepu yang menggunakan rangkaian kereta api yang ditarik oleh lokomotif tua buatan Berliner Maschinenbaun Jerman tahun 1928. Bahan bakar yang digunakan adalah kayu tunggak (akar kayu). Sekali perjalanan, loko tua ini membutuhkan sebanyak delapan kubik kayu (8 staple).
Dengan Loko tua yang bisa menampung maksimal 60 penumpang ini, saya memulai perjalanan dari Kantor Perhutani Jalan Sorogo Kesatuan Pemangku Hutan Cepu, sekitar 35 kilometer ke arah tenggara Kota Blora. Selanjutnya kereta kuno ini melintasi hutan jati wilayah Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan Ledok, Kendilan, Pasar Sore, Blungun, Nglobo, Cabak, dan Nglebur. Jarak tempuhnya mencapai 60 kilometer dengan kecepatan maksimum 20 kilometer per jam. Lokasi yang ditempuh cukup menarik karena berada di ketinggian 25 – 30 meter di atas permukaan laut dengan suhu udara 22-34 derajat celcius dan curah hujan yang rata-rata 1.670 milimeter per tahun.
Bengkel Traksi |
Setelah berputar-putar, kereta kuno ini berhenti di Gubug Payung. Gubug ini merupakan tempat peristirahatan yang memiliki Monumen Hutan Jati Alam. Posisinya berada di pedalaman hutan yang sekaligus menjadi tempat penampungan air untuk keperluan lokomotif. Di sini, lokomotif akan berhenti sejenak mengisi air. Saya turun untuk menyaksikan keelokan hutan dan melihat pohon-pohon jati tua yang yang berumur lebih dari 100 tahun.
Usai mengusir rasa penat di Gubug Payung, di dalam kereta saya menyaksikan sistem tebang, saradan, dan pengangkutan kayu jati secara langsung di tengah hutan. Dua tahun sebelum ditebang, pohon jati mesti dimatikan terlebih dengan cara diteres. Proses ini adalah upaya mengurangi kadar air di dalam kayu supaya kelak akan diperoleh kayu jati berkualitas tinggi, lebih awet, tidak mudah pecah, ringan waktu diangkut, dan mudah dikerjakan. Setelah mengalami teresan selama dua tahun, pohon jati barulah ditebang. Penebangan dilakukan para blandong, yaitu tukang tebang profesional yang tinggal di seputar hutan.
Dan sekitar dua kilometer dari terminal akhir, yakni Bengkel Traksi, saya melihat tempat penimbunan kayu Batokan. Tempat penimbunan ini memiliki areal seluas 36,2 hektar dan berdaya tampung 40.000 m3 kayu pertukangan dan 10.000 sm. Bersebelahan dengan tempat penimbunan kayu Batokan, terdapat pula Industri Pengolahan Kayu Jati (IPKJ) Cepu.
Bagi wisatawan yang ingin melakukan paket Loko Tour selama dua hari atau lebih, panitia sudah menyediakan tiga tempat penginapan. Tempat tersebut adalah di Duta Ubaya Rimba (12 kamar), Wisma Sorogo (lima kamar), dan Pesanggrahan (empat kamar).
“Selama ini, wisatawan asing, seperti dari Jerman, Belanda dan Inggris, yang sering memanfaatkan Loko Tour ini. Turis domestik jarang sekali. Paling-paling yang domestik berasal dari rombongan sebuah instansi, seperti Telkom. Ya, mungkin karena biayanya yang mahal. Untuk sekali jalan, biayanya antara 4-7 juta (rupiah),” tutur Marjuki, staf bagian Bengkel Traksi.
Wisata Loko Tour juga menggelar berbagai macam hiburan kesenian daerah, antara lain kesenian tayub, penanaman jati, tebangan, seradan, serta kunjungan ke museum jati dan Pusat Pengembangan Bio Teknologi Hutan.
Bengkel Traksi |
“Kami mencoba merancang paket wisata ini secara utuh. Ini supaya wisatawan tak hanya melihat pemandangan hutan jati saja, tapi biar bisa menikmati budaya yang ada di Blora,” jelas Darmin yang juga staf Bengkel Traksi.
Dan menurut Darmin, ada cerita yang hingga kini berkembang di masyarakat. “Kalau kita menelusuri kedalaman hutan di Blora, maka kita akan bisa mengintip keindahan ‘surga’.”
Nah, untuk mengintip “surga”, datang saja ke Cepu dan nikmati Loko Tour. (lenteratimur)
0 komentar:
Posting Komentar