Petani jagung di Desa Jiken Kecamatan Jiken terpaksa memanen phon jagung muda untuk pakan ternak. (foto-teg) |
Akhirnya para petani lebih memilih memotong tanaman jagung yang masih
muda untuk dijual sebagai pakan ternak dibandingkan menunggu waktu panen tiba
saat jagung benar-benar tua.
Mereka tidak mau menelan kerugian lebih besar karena jika menunggu
jagung tua maka diprediksi hasilnya tidak akan memuaskan, dan akan lebih
menguntungkan jika dijual untuk pakan ternak mengingat saat ini mendapatkan
rumput juga sulit. Sehingga harga tebon (pohon jagung-red) harganya cukup
tinggi.
Seperti yang dialami para petani jagung di Desa Jiken Kecamatan Jiken,
para petani rela memotong pohon jagung muda untuk dijual kepada peternak sapi
ataupun kambing. “Biar tidak meurgi terlalu banyak, ya terpaksa potong saat ini
untuk dijual jadi pakan ternak mumpung harga tebon tinggi,” kata Sularmin salah
satu petani jagung, Kamis (29/10) kemarin.
“Setiap musim kemarau panjang seperti ini lebih banyak gagal panennya
mas karena sulitnya air sehingga pertumbuhan jagung tidak maksimal. Akhirnya agar
tidak rugi terlalu besar kami terpaksa menjualnya jadi pakan ternak,” lanjutnya.
Menurutnya sudah 6 bulan di wilayahnya tidak turun hujan, sehingga
kondisi tersebut sangat berpengaruh pada tingkat produksi hasil pertanian yang
ada mengingat sebagian besar areal persawahan merupakan tadah hujan. Tidak ada
sistem irigasi yang memadahi.
“Kami sebagai petani hanya mengandalkan hasil-hasil bumi untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sehingga apapun kondisinya harus bisa
meminimalisir kerugian agar bisa tetap menghasilkan uang untuk melanjutkan
hidup,” tegasnya.
Ia mengungkapkan kondisi seperti ini hampir terjadi setiap datang
musim kemarau. “Ini masih mending jagung kami bisa hidup sampe sebesar ini
sehingga bisa dijual sebagai pakan ternak. Sementara petani lainnya banyak yang
jagungnya mati karena tidak ada air untuk menyiram tanamannya,” pungkasnya.
Setelah tanaman jagung dipotong, beberapa peternak memang tampak
hadir untuk membeli tebon. Mereka lebih memilih menggunakan tebon untuk pakan
ternak daripada harus mencari rumput saat musim kemarau seperti ini. Banyak
rumput yang kering membuat para peternak juga kebingungan mencari alternatif
pengganti rumput, salah satunya memanfaatkan tebon.
Para petani dan peternak berharap agar musim kemarau yang
berkepanjangan ini bisa segera berakhir dengan turunnya hujan. Mereka khawatir
jika kemarau masih tetap berlangsung hingga akhir tahun maka akan kebingungan
karena lahan persawahan semakin kering dan tidak bisa ditanami. (teg/rs-infoblora)
0 komentar:
Posting Komentar