Home » , » Pengembangan Batik Blora Terkendala Sulitnya Bahan Baku

Pengembangan Batik Blora Terkendala Sulitnya Bahan Baku

infoblora.id on 2 Okt 2015 | 14.00

Salah satu perajin batik khas Blora sedang menyelesaikan pesanan batik dari salah satu sekolah.
Mereka kesulitan dalam pemenuhan bahan baku yang harus didatangkan dari luar kota. (rs-ib)
BLORA. Para perajin batik di Kabupaten Blora belum bisa tersenyum lebar saat perayaan Hari Batik Nasional tahun 2015 yang jatuh pada 2 Oktober ini tiba. Pasalnya sampai saat ini mereka masih kesulitan bahan baku untuk mengembangkan kerajinan batik khas Blora yang masuk kategori usaha mikro kecil menengah (UMKM) tersebut.

Rahmayantika (35), salah satu perajin batik khas Blora asal Kelurahan Beran Kecamatan Blora Kota menjelaskan bahwa saat ini dia bersama teman-teman perajin mengalami kesulitan dalam pemenuhan bahan baku. Menurutnya, semua bahan baku harus dibeli dari Solo, Semarang atau Pekalongan. Sehingga biaya produksi cukup tinggi dan berpengaruh pada harga jual produk yang dihasilkan.

“Pesanan cukup banyak mas dari beberapa sekolah, kantor dan masyarakat, tapi kami terkendala bahan bakunya karena harus ambil dari luar kota. Belum ada yang jual bahan baku dan peralatan pembuatan batik di Blora. Hal ini memaksa para perajin harus menambah biaya transport pengiriman bahan baku ke Blora,” jelas perempuan yang akrab dipanggil Ika ini sambil mewarnai salah satu batik pesanan sebuah sekolah, Jumat (2/10).

Proses nyanting, memberi malam pada kain batik yang hendak diberi motif
sesuai pesanan pelanggan. (rs-ib)
Sementara itu Anna Nimas (40) pemilik sanggar Nimas Batik juga mengungkapkan hal yang sama. Ia mengeluhkan semakin mahalnya bahan baku, sementara harga jual produk batik yang dihasilkan tidak bisa dinaikkan mengikuti naiknya bahan baku karena takut pelanggan lari.

“Disamping harus beli di luar kota, sekarang hampir semua bahan baku pembuatan batik mengalami kenaikan harga terutama karena naiknya kurs dollar terhadap rupiah. Mulai dari kain, malam hingga obat peluntur malamnya mengalami kenaikan harga. Misalnya saja malam yang dulunya cukup Rp 35 ribu per kilogram, kini naik diatas Rp 40 ribu,” ungkap Anna Nimas.

Agar bisa mendapatkan harga bahan baku yang lebih murah dengan kualitas yang sama, mereka bahkan melakukan pembelian bahan baku bersama-sama dengan perajib batik lainnya. Jika beli dalam jumlah partai besar tentunya mendapatkan potongan harga khusus dari penjual bahan baku di Solo ataupun Semarang.

“Kita ambilnya sering ke Solo atau Semarang. Kalau Jogja dan Pekalongan jarang sekali karena jaraknya yang jauh sehingga biaya transportnya lebih tinggi,” lanjut Anna Nimas.

Di salah satu sisi para perajin dituntut untuk terus berkreasi mengembangkan motif motif baru yang identik dengan Blora. Selama ini Batik Blora dikenal dengan motif khas daun jati, bonggol jati, kilang minyak, ungker dll. Tetapi kini mulai juga dikembangkan motif khas bercorak barongan, tayub, sate serta samin yang mulai dilirik pasar.

Para perajin ini berharap agar Pemerintah Kabupaten bisa memberikan bantuan atau memfasilitasi kemudahan memperoleh bahan baku. “Kalau ada yang jual bahan baku di Blora dengan partai besar kan lebih mudah, tidak harus pesan ke Solo atau Semarang,” pungkas Anna Nimas. (tio-infoblora)
Share this article :

0 komentar:


 
Copyright © 2013. infoblora.id - All Rights Reserved