Salah satu perajin batik khas Blora sedang menyelesaikan pesanan batik dari salah satu sekolah. Mereka kesulitan dalam pemenuhan bahan baku yang harus didatangkan dari luar kota. (rs-ib) |
Rahmayantika (35), salah satu perajin batik khas Blora asal Kelurahan
Beran Kecamatan Blora Kota menjelaskan bahwa saat ini dia bersama teman-teman
perajin mengalami kesulitan dalam pemenuhan bahan baku. Menurutnya, semua bahan
baku harus dibeli dari Solo, Semarang atau Pekalongan. Sehingga biaya produksi
cukup tinggi dan berpengaruh pada harga jual produk yang dihasilkan.
“Pesanan cukup banyak mas dari beberapa sekolah, kantor dan masyarakat,
tapi kami terkendala bahan bakunya karena harus ambil dari luar kota. Belum ada
yang jual bahan baku dan peralatan pembuatan batik di Blora. Hal ini memaksa
para perajin harus menambah biaya transport pengiriman bahan baku ke Blora,”
jelas perempuan yang akrab dipanggil Ika ini sambil mewarnai salah satu batik
pesanan sebuah sekolah, Jumat (2/10).
Proses nyanting, memberi malam pada kain batik yang hendak diberi motif sesuai pesanan pelanggan. (rs-ib) |
“Disamping harus beli di luar kota, sekarang hampir semua bahan baku
pembuatan batik mengalami kenaikan harga terutama karena naiknya kurs dollar
terhadap rupiah. Mulai dari kain, malam hingga obat peluntur malamnya mengalami
kenaikan harga. Misalnya saja malam yang dulunya cukup Rp 35 ribu per kilogram,
kini naik diatas Rp 40 ribu,” ungkap Anna Nimas.
Agar bisa mendapatkan harga bahan baku yang lebih murah dengan kualitas
yang sama, mereka bahkan melakukan pembelian bahan baku bersama-sama dengan
perajib batik lainnya. Jika beli dalam jumlah partai besar tentunya mendapatkan
potongan harga khusus dari penjual bahan baku di Solo ataupun Semarang.
“Kita ambilnya sering ke Solo atau Semarang. Kalau Jogja dan Pekalongan
jarang sekali karena jaraknya yang jauh sehingga biaya transportnya lebih
tinggi,” lanjut Anna Nimas.
Di salah satu sisi para perajin dituntut untuk terus berkreasi
mengembangkan motif motif baru yang identik dengan Blora. Selama ini Batik Blora
dikenal dengan motif khas daun jati, bonggol jati, kilang minyak, ungker dll.
Tetapi kini mulai juga dikembangkan motif khas bercorak barongan, tayub, sate
serta samin yang mulai dilirik pasar.
Para perajin ini berharap agar Pemerintah Kabupaten bisa memberikan
bantuan atau memfasilitasi kemudahan memperoleh bahan baku. “Kalau ada yang
jual bahan baku di Blora dengan partai besar kan lebih mudah, tidak harus pesan
ke Solo atau Semarang,” pungkas Anna Nimas. (tio-infoblora)
0 komentar:
Posting Komentar