Home » , » Purwadi, Perajin Barongan Asal Jiken yang Gigih Lestarikan Seni Budaya Blora

Purwadi, Perajin Barongan Asal Jiken yang Gigih Lestarikan Seni Budaya Blora

infoblora.id on 19 Okt 2015 | 14.00

Purwadi perajin barongan Blora asal Desa Jiken Kecamatan Jiken yang terus berkarya melestarikan kesenian
khas Blora. (teg-ib)
BLORA. Selain terkenal dengan sebutan Kota Sate, Blora juga terkenal dengan Kota Barongan. Banyaknya pencinta dan seniman barongan di Blora membuat kesenian ini semakin dikenal di kabupaten ujung timur Jawa Tengah ini. Bahkan setiap desa memiliki paguyuban seni barongan sendiri-sendiri se Kabupaten Blora.

Hal itulah yang menginspirasi perajin topeng kepala barongan asal Desa Jiken, Kecamatan Jiken, Purwadi untuk terus memperkenalkan barongan ke kancah nasional seperti halnya reyog milik Ponorogo Jawa Timur. Ia pun memulai dengan membuka usaha bengkel barongan miliknya seukuran garasi mobil yang ada di tepi jalan Blora - Cepu.

Hanya saja bagi orang awam, bengkel barongan milik Purwadi ini terlihat menyeramkan. Rasa seram itu sangat beralasan karena gerai tersebut menawarkan suasana gelap atau sunyi. Topeng-topeng barongan yang mengerikan juga tergantung di tiap sudut dinding.

”Sudah hampir 18 tahun saya bergelut di bidang kesenian barongan. Kecintaan saya dengan barongan membuat saya ingin terus melestarikan kesenian khas Blora ini,” kata Purwadi, Senin (19/10).

Ia bercerita, mulai membuat barongan sejak 1998. Saat itu, dia tidak pernah berpikiran untuk menjual setiap barongan yang dia buat. Sebab, barongan tersebut merupakan kebutuhan desa saat perayaan-perayaan hari besar tertentu.

“Dulu buat barongan untuk kebutuhan desa, saat ada perayaan besar seperti 17 an dan mulai mengkomersilkan karya-karya barongannya sejak 2002,” ungkapnya.

Sementara dalam pembuatan barongan, dia hanya membutuhkan kayu, lem, dan cat. Untuk jenis kayu, ada beberapa jenis kayu yang digunakan, terutama untuk membuat barongan dan topeng. Kayu-kayu tersebut meliputi kayu lo, dadap, dan mangga.

”Untuk bahan bakunya biasanya beli kayu dari desa dan ditebang sendiri. Sedangkan dari segi kualitas semakin bagus kualitas kayu semakin bagus hasilnya. Biasanya standartnya menggunakan kayu dadap kalau tidak kayu mangga,” ungkapnya.

Dari sisi tenaga kerja, ia hanya dibantu keluarga seperti adik dan istrinya. Adiknya biasa membantu dalam proses penghalusan kayu sedangkan sang istri biasanya membantu menjahit bagian-bagian tertentu yang butuh jahitan kain.

”Keluarga sangat mendukung kegiatan saya membuat topeng barongan, mereka juga membantu dalam proses membuatnya bahkan sudah banyak barongan dan topeng dengan berbagai ukuran yang telah kami buat,” lanjutnya.

Meski pembeli masih dalam skala kabupaten, namun barongan hasil karya tangannya mulai dikenal di sejumlah kecamatan-kecamatan di Blora. Mengingat, kebudayaan barongan merupakan kebudayaan masyarakat pedesaan, sehingga pesanan barongan juga banyak yang berasal dari daerah pedesaan.

”Respon masyarakat Blora terhadap barongan sangat bagus, karena sejak dulu memang Blora identik dengan seni barongan dan an barongan selalu identik dengan Blor,” Katanya.

Menyadari dasar tersebut, dia bercita-cita ingin mempopulerkan  barongan Blora seperti layaknya reyog Ponorogo yang sudah dikenal oleh mayarakat luas. ”Pengennya suatu saat nanti barongan Blora dikenal masyarakat luas seperti Reyog Ponorogo,” harapnya.

Terkait harga barongan, menurutnya sangat bervariasi dan disesuaikan dengan ukuran. Biasanya berkisar antara Rp 100 ribu hingga Rp 2 Juta. Namun, untuk barongan dengan ukuran raksasa dia jual dengan harga Rp 8 juta. (teg-infoblora)
Share this article :

0 komentar:


 
Copyright © 2013. infoblora.id - All Rights Reserved