Purwadi perajin barongan Blora asal Desa Jiken Kecamatan Jiken yang terus berkarya melestarikan kesenian khas Blora. (teg-ib) |
Hal
itulah yang menginspirasi perajin topeng kepala barongan asal Desa Jiken, Kecamatan
Jiken, Purwadi untuk terus memperkenalkan barongan ke kancah nasional seperti
halnya reyog milik Ponorogo Jawa Timur. Ia pun memulai dengan membuka usaha bengkel
barongan miliknya seukuran garasi mobil yang ada di tepi jalan Blora - Cepu.
Hanya
saja bagi orang awam, bengkel barongan milik Purwadi ini terlihat menyeramkan.
Rasa seram itu sangat beralasan karena gerai tersebut menawarkan suasana gelap
atau sunyi. Topeng-topeng barongan yang mengerikan juga tergantung di tiap
sudut dinding.
”Sudah
hampir 18 tahun saya bergelut di bidang kesenian barongan. Kecintaan saya dengan
barongan membuat saya ingin terus melestarikan kesenian khas Blora ini,”
kata Purwadi, Senin (19/10).
Ia
bercerita, mulai membuat barongan sejak 1998. Saat itu, dia tidak pernah berpikiran
untuk menjual setiap barongan yang dia buat. Sebab, barongan tersebut merupakan
kebutuhan desa saat perayaan-perayaan hari besar tertentu.
“Dulu
buat barongan untuk kebutuhan desa, saat ada perayaan besar seperti 17 an dan
mulai mengkomersilkan karya-karya barongannya sejak 2002,” ungkapnya.
Sementara
dalam pembuatan barongan, dia hanya membutuhkan kayu, lem, dan cat. Untuk jenis
kayu, ada beberapa jenis kayu yang digunakan, terutama untuk membuat barongan
dan topeng. Kayu-kayu tersebut meliputi kayu lo, dadap, dan mangga.
”Untuk
bahan bakunya biasanya beli kayu dari desa dan ditebang sendiri. Sedangkan dari
segi kualitas semakin bagus kualitas kayu semakin bagus hasilnya. Biasanya standartnya
menggunakan kayu dadap kalau tidak kayu mangga,” ungkapnya.
Dari
sisi tenaga kerja, ia hanya dibantu keluarga seperti adik dan istrinya. Adiknya
biasa membantu dalam proses penghalusan kayu sedangkan sang istri biasanya
membantu menjahit bagian-bagian tertentu yang butuh jahitan kain.
”Keluarga
sangat mendukung kegiatan saya membuat topeng barongan, mereka juga membantu
dalam proses membuatnya bahkan sudah banyak barongan dan topeng dengan berbagai
ukuran yang telah kami buat,” lanjutnya.
Meski
pembeli masih dalam skala kabupaten, namun barongan hasil karya tangannya mulai
dikenal di sejumlah kecamatan-kecamatan di Blora. Mengingat, kebudayaan barongan
merupakan kebudayaan masyarakat pedesaan, sehingga pesanan barongan juga banyak
yang berasal dari daerah pedesaan.
”Respon
masyarakat Blora terhadap barongan sangat bagus, karena sejak dulu memang Blora
identik dengan seni barongan dan an barongan selalu identik dengan Blor,” Katanya.
Menyadari
dasar tersebut, dia bercita-cita ingin mempopulerkan barongan Blora
seperti layaknya reyog Ponorogo yang sudah dikenal oleh mayarakat luas. ”Pengennya
suatu saat nanti barongan Blora dikenal masyarakat luas seperti Reyog Ponorogo,”
harapnya.
Terkait
harga barongan, menurutnya sangat bervariasi dan disesuaikan dengan ukuran.
Biasanya berkisar antara Rp 100 ribu hingga Rp 2 Juta. Namun, untuk barongan
dengan ukuran raksasa dia jual dengan harga Rp 8 juta. (teg-infoblora)
0 komentar:
Posting Komentar