Perwakilan mahasiswa UNS Surakarta foto bersama dengan Wakil Bupati, dosen pembimbing, Camat Banjarejo, Kepala Kesbangpol dan Kades. (foto: ag-infoblora) |
Bahkan saat penarikan mahasiswa di Gedung Setda Blora, Wakil Bupati H.Arief ROhman secara langsung meminta agar tahun depan jumlah mahasiswa KKN di Kabupaten Blora bisa terus ditambah atau ditingkatkan.
“Program KKN sangat bermanfaat bagi warga masyarakat Blora yang secara langsung bisa membantu pengentasan kemiskinan, peningkatan mutu pendidikan, ketrampilan dan kesehatan. Saya ingin tahun depan mahasiswa yang KKN di Blora bisa ditingkatkan, kami akan menyambut dengan senang hati. Apalagi saat ini Blora masih memiliki tingkat kemiskinan di zona merah sekitar 13 persen,” ungkap Wabup.
“Kedepannya KKN ditempatkan di desa-desa hutan. Teori yang didapatkan di kampus bisa diterapkan di lapangan agar bisa menjadi pengalaman dan menjadi bekal dikemudian,” lanjutnya.
Mahasiswa UNS Surakarta memaparkan hasil-hasil program KKN di hadapan Wakil Bupati sebelum penarikan dilakukan. (foto: ag-infoblora) |
Dengan
mengusung tema KKN, Tematik Integratif “Pendidikan dan Kesehatan”, diharapkan
mampu meningkatkan derajat pendidikan dan kesehatan masyarakat. Diantaranya
penyuluhan kesehatan, cara cuci tangan dan gosok gigi yang benar untuk anak-anak,
ketrampilan membatik, pembuatan pupuk kompos, pemasangan petunjuk arah,
pendampingan pertanian, dll.
Suryadi,
Dosen Pembimbing KKN, dalam sambutannya mengatakan bahwa program KKN tujuannya
agar mahasiswa belajar menerapkan ilmu yang didapat di kampus untuk diterapkan
di masyarakat.
“Tentu ini
harus diselaraskan dan disesuaikan kondisi masyarakat, KKN ini program agar
disaat mahasiswa terjun dimasyarakat tidak bingung lagi, segera bisa mengambil
keputusan untuk mengabdikan dirinya dimasyarakat,” katanya.
Ia
menjelaskan Tematik Integratif maksudnya bahwa program kerja atau tema yang
dibawakan sesuai dengan kondisi lapangan, bahwa KKN membawa tema dan program
kerja yang sesuai dengan permasalahan yang ada di masyarakat.
Sebelum
diterjunkan ke lapangan, lanjutnya mahasiswa dibekali bagaimana kondisi
sesungguhnya di lapangan. Mahasiswa juga diminta survey lapangan dan
berkoordinasi dengan kepala desa, supaya tema dan program kerja yang dilakukan
bisa sesuai.
Sedangkan
Integratif maksudnya, kampus juga melibatkan dinas instansi dan pakar atau
praktisi yang sesuai dibidangnya selama program KKN berlangsung. “Dari Bappeda
kami diarahkan ke Pendidikan dan Kesehatan tapi tidak menutup kemungkinan tema
lainnya seperti peternakan sesuai kebutuhan,” terangnya.
“Kami
mengucapkan terima kasih atas perkenannya untuk KKN disini. Selama satu
setengah bulan di Kecamatan Banjarejo banyak kesalahan mohon maaf utamanya
bapak ibu kepala desa kami juga ucapkan terima kasih atas bimbingannya semoga
menjadi amal sholeh,” pungkasnya.
Perwakilan
Tim KKN Rofila Kennedy memaparkan, selama 45 hari terhitung sejak 14 Juli,
mahasiswa yang mengikuti program KKN di Kec. Banjarejo ditempatkan di 8
(delapan) desa, yakni Desa Kembang, Balongrejo, Karangtalun, Sembongin,
Gedongsari, Sendangwungu, Buluroto, dan Plosorejo.
Selama KKN,
masing-masing tim KKN membuat program kerja pokok dan program kerja pendukung.
Tiap desa tentu program kerjanya berbeda sesuai dengan kondisi dan permasalahan
desa.
“Selama KKN
kami menemukan permasalahan yang perlu kami pecahkan. Disini tugas kami belajar
dan mengabdi. Hari ke 45 mengabdi di kota Mustika dihadapan Wakil Bupati
Blora kami laporkan sekaligus presentasi setiap desa,” tuturnya.
Program kerja
utama yang berkaitan dengan pendidikan dan kesehatan, sedangkan program kerja
pendukung disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat, seperti
pelatihan batik, sablon, pembuatan pupuk kompos, dll.
0 komentar:
Posting Komentar