Ki Ibnu memainkan lakon Wahyu Topeng Waja, sedangkan Ki Tegar menunggu giliran pentas di belakangnya. (foto:ag-infoblora) |
Itu yang terjadi dalam pelaksanaan tradisi Suran dan syukuran
Sanggar Seni Cahyo Sumirat Dukuh Pangkat Desa Purwosari Kecamatan Blora Kota, pada
Selasa malam (25/10) hingga Rabu dini hari (26/10) kemarin.
Disaat salah satu temannya mendalang, dalang cilik lainnya memainkan gamelan untuk mengiringi pementasan wayang kulit, keren. (foto: ag-infoblora) |
Layaknya dalang dewasa, pementasan wayang kulit oleh 9 dalang
cilik ini juga memainkan sesi cangik limbuk dan goro-goro yang dimeriahkan
dengan lagu-lagu jawa oleh para sinden lengkap dengan guyonan.
“Ini acara syukuran sanggar yang rutin kami gelar di bulan suro,
sekaligus memperingati tahun baru jawa dan tahun baru islam. Di sanggar kami
memang banyak dalang cilik yang belajar wayang, sehingga kita pentaskan di
depan masyarakat umum. Malam ini lakon yang dimainkan adalah Wahyu Topeng Waja,”
ucap Ki Nuryanto sebagai pengasuh sanggar.
Layaknya dalang dewasa, anak-anak kecil ini pentas dengan menggunakan kelir besar dan hasilnya memukau. (foto: ag-infoblora) |
Menurutnya, dalang-dalang bocah di sanggarnya ini juga beberapa
kali tampil membuka pagelaran wayang kulit dewasa di pendopo kabupaten bahkan
menjuarai Festival Dalang Cilik di Yogyakarta bulan Agustus lalu. “Bulan depan
sanggar kami juga akan ke Jakarta mewakili Jawa Tengah di Festival Dalang Cilik
Nasional, mohon doanya semoga bisa berprestasi,” pintanya.
Adapun Wibowo salah satu penonton pentas wayang kulit dalang cilik
mengungkapkan rasa kagumnya ketika melihat masih banyak anak-anak kecil di
Blora yang semangat melestarikan kesenian tradisional jawa.
“Ini hebat, saya salut. Disaat banyak pemuda yang lebih memilih
hiburan modern, justru anak-anak kecil ini semangat melakoni seni tradisional
dan membawa nama daerah ke tingkat nasional,” ungkpnya. (ag-infoblora)
0 komentar:
Posting Komentar