Home » , » Sastrawan Dunia Asal Blora, Pramoedya Ananta Toer dan Pariwisata

Sastrawan Dunia Asal Blora, Pramoedya Ananta Toer dan Pariwisata

infoblora.id on 27 Okt 2016 | 03.00

Pertemuan Gus Dur dengan Pramoedya Ananta Toer, 17 tahun silam di Jakarta. (foto: dok-liputan6)
JAKARTA. Rabu, 27 Oktober 1999 tepat 17 tahun lalu, presiden ke-4 RI KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mengundang budayawan sekaligus sastrawan dunia Pramoedya Ananta Toer datang ke Wisma Negara, Kompleks Istana Kepresidenan di Jakarta.

Seusai bertemu Gus Dur, Pram langsung meninggalkan istana. Beberapa hari kemudian, ketika ditemui di tempat tinggalnya di Jakarta, Pram antara lain mengatakan, pembicaraan dengan Gus Dur berkisar tentang masalah kelautan di Indonesia.

"Presiden banyak tanya soal pendapat saya tentang laut dan perikanan. Dalam kabinet yang dibentuk beliau ada Departemen Kelautan dan Perikanan. Mungkin dalam sejarah pemerintahan di Indonesia baru kali ini ada departemen yang khusus mengurus laut dan ikan," kata Pram saat itu.

J Osdar saat berkunjung ke rumah Pram berjumpa dengan adik kandung Pram,
Soesilo Toer. (foto: dok-infoblora)
Menurut Pram, saat itu Gus Dur tertarik dengan tulisannya yang bicara mengenai laut. "Saya menulis yang berkaitan dengan laut dalam novel _Gadis Pantai_ yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris _The Girl from the Coast,"_ ujar Pram.

Beberapa hari setelah bertemu Gus Dur, Pram mengatakan ketertarikan orang luar negeri termasuk para wisatawan terhadap Indonesia, terutama pada lautnya.

Apa yang dikatakan dan dilakukan Gus Dur serta Pram kini dilanjutkan Presiden Joko Widodo yang punya gagasan tentang laut dan pariwisata untuk meningkatkan perekonomian Indonesia.

Pram lahir di Blora, Jawa Tengah, pada tahun 1925. Saat kecil hingga remaja, Pram tinggal di rumah orangtuanya di Jalan Sumbawa Nomor 40 Blora. Pram meninggal di Jakarta, 30 April 2006. Karya tulis Pram, terutama novel dan cerpen, telah diterjemahkan ke 45 bahasa.

Wakil Bupati Blora saat ini, Arief Rohman, salah satu tokoh muda Nahdlatul Ulama yang berperawakan besar, punya gagasan untuk menjadikan tempat tinggal Pram pada masa kecil sampai remaja sebagai salah satu daya tarik wisata Blora.

Pram, kata Arief, bisa jadi daya tarik wisatawan asing ke Blora. "Saya akan mengusulkan Jalan Sumbawa di Blora diubah menjadi Jalan Pramoedya Ananta Toer," ujarnya, dua pekan lalu di Blora.

Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Hilmar Farid setuju dan mendukung gagasan Arief Rohman mengadakan acara rutin berkaitan dengan Pramoedya Ananta Toer. "Sosok dan karya Pram banyak memengaruhi hidup saya," kata Hilmar, dua pekan lalu.

Dalam artikelnya berjudul "Sastra: Deklarasi Pram" di _Kompas_ (11 Juni 2006), budayawan Putu Wijaya, antara lain, mengatakan, dalam perhelatan mengenang 40 hari meninggalnya Pram di Bentara Budaya Jakarta (6 Juni 2006), budayawan Taufik Rahzen membenarkan, Pram bukan hanya seorang pengarang. Namun, ia sudah jadi "ikon" dan "alamat" Indonesia bagi orang dari mancanegara jika bicara tentang Indonesia.

Menurut Gus Dur, filosofi tentang laut yang dikemukakan Pram cukup menarik. "Dalam novel Pram, saya menemukan kutipan semacam ini, _laut tetap kaya tak kan kurang, cuma hati manusia semakin dangkal dan miskin,"_ kata Gus Dur. 

Kedepan Pemkab Blora pun merencanakan akan menggandeng berbagai pihak untuk menyelenggarakan event rutin untuk mengenang Pram. Museum Pram pun digagas untuk didirikan di rumah kelahirannya yang kini menjadi Perpustakaan PATABA (Pramoedya Ananta Toer Anak Semua Bangsa). (tulisan J Osdar wartawan senior Kompas)
Share this article :

0 komentar:


 
Copyright © 2013. infoblora.id - All Rights Reserved