Bupati Blora H.Djoko Nugroho (pakai beskap) ikut menghibur warga dalam pementasan wayang kulit Suran Wringin Seto, semalam. (foto: dok-gal) |
Ribuan anggota Kekadangan Wringin Seto dari berbagai daerah di
Pulau Jawa hadir secara langsung untuk mengikuti serangkaian kegiatan untuk
menghormati para leluhur tanah jawa tersebut. Padepokan yang berada di atas
Bukit Sayuran dengan puncak Suroyudannya ini pun dipenuhi pengunjung dari
berbagai kota yang tidak ingin melewatkan event tahunan tersebut.
Suntoyo S.Kar Kepala Bidang Kebudayaan DPPKKI Blora menyatakan
bahwa tradisi suran yang dilaksanakan di padepokan Kekadangan Wringin Seto
merupakan agenda tahunan untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha
Esa sekaligus melestarikan budaya leluhur yang secara turun temurun diajarkan
kepada anak cucu.
Aksi Ki Nuryanto dengan lakon Semar Gugah dalam tradisi Suran Wringin Seto. (foto: dok-gal) |
Upacara tradisi dimulai dengan syukuran ambeng dan doa bersama di
dalam padepokan yang dilaksanakan pada pukul 18.00 WIB setelah matahari
terbenam. Seluruh anggota bersatu duduk mengelilingi ratusan ambeng atu tumpeng
makanan yang dimasak oleh penduduk desa secara gotong royong.
Usai didoakan, anak-anak dipersilahkan mengambil makanan secara
bebas. Sedangkan ambeng lainnya diarak kirab dari padepokan menuju tempat
meditasi yang berada di dalam goa. Ikut dikirab beberapa pusaka dengan
diterangi cahaya obor. Kental dengan tradisi jawa, para punggawa kirab pun
mengenakan pakaian adat jawa beskap lengkap dengan blangkonnya.
Tepat pada pukul 21.00 WIB acara dilanjutkan dengan pementasan
wayang kulit semalam suntuk oleh Ki Nuryanto dari sanggar seni Cahyo Sumirat Dukuh
Pangkat Desa Purwosari Kecamatan Blora Kota. Dengan membawakan lakon Semar
Gugah, dalang muda ini berhasil menghibur para pengunjung dan warga sekitar.
Kirab Suran Kekadangan Wringin Seto di Bukit Sayuran Desa Soko Kecamatan Jepon, semalam. (foto: dok-gal) |
“Ini tradisi bagus sebagai upaya pelestarian kesenian tradisional
jawa serta ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
rejeki dan kesehatan kepada kita semua. Harus terus diuri-uri, jangan sampai
ditinggalkan oleh anak cucu,” ujar Bupati.
Pementasan wayang kulit berlanjut dengan berbagai adegan
pertarungan, sesi gara-gara yang menampilkan tokoh punokawan dan berakhir pada
pukul 03.30 WIB dini hari tadi. (ag-infoblora)
0 komentar:
Posting Komentar