Rangka Homo Sapiens yang ditemukan di dalam tanah Goa Kidang, Kecamatan Todanan. (foto: dok-ib) |
Tepatnya di Goa Kidang yang berada di
perbukitan kapur Desa Tinapan, Kecamatan Todanan. Disini ditemukan
tiga fosil rangka manusia purba Homo Sapiens yang lebih lengkap
beserta artefaknya oleh para peneliti dari Balai Arkeologi
Yogyakarta.
Pada hari Selasa (17/7/2018) lalu
beberapa peneliti dari Balai Arkeologi Yogyakarta merilis tiga rangka
Homo Sapiens yang telah ditemukan di Goa Kidang. Bahkan mereka
meyakini kemungkinan di bawah tanah Goa Kidang masih ada banyak
peninggalan peradaban purbakala.
Ketua Tim Peneliti Goa Kidang dari
Balai Arkeologi Yogyakarta, Indah Asikin Nurani menyampaikan,
pihaknya telah menggelar riset di wilayah Blora sejak 2005.
Rinciannya, pada 2010, Balai Arkeologi Yogyakarta menemukan rangka
sepasang kaki Homo Sapiens dalam posisi telentang di kedalaman 170
sentimeter dari permukaan tanah.
Kemudian di 2012, ditemukan rangka utuh
Homo Sapiens dalam posisi meringkuk di kedalaman 115 sentimeter dari
permukaan tanah. Sementara 2013, ditemukan rangka utuh Homo Sapiens
dalam posisi duduk tanpa kepala di kedalaman 115 sentimeter dari
permukaan tanah.
“Ketiga rangka homo sapiens itu
ditemukan berdekatan di mulut goa dekat dinding gua. Kami sudah
sosialisasikan pada masyarakat dan Pemerintah kabupaten Blora pada
pekan ini,” ujar Indah, Jumat (20/7/2018).
Goa Kidang yang berlokasi di kawasan
hutan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Blora mempunyai luas sekitar
36 m x18 m x 18 m itu menurut Indah merupakan satu-satunya goa hunian
manusia prasejarah yang intensif dihuni dengan peninggalan yang
lengkap berupa artefak, fitur, ekofak dari cangkang moluska, tulang
vertebrata, dan peralatan pendukung dari batu.
Balai Arkeologi Yogyakarta menilai,
situs manusia prasejarah di Goa Kidang memiliki keistimewaan
dibanding temuan di daerah lain. Merujuk riset, manusia lampau di Goa
Kidang diperkirakan setingkat lebih cerdas. Hal itu bisa dilihat dari
temuan teknologinya.
“Homo Sapiens yang kami temukan di
Goa Kidang hidup pada 9.600 tahun before present (BP) atau sebelum
sekarang. Dari sisi teknologi, manusia prasejarah di Gua Kidang sudah
cerdas. Meski tak ada bahan baku pembuatan perkakas dari batu, mereka
bisa mengganti dengan bahan lain seperti cangkang, kerang, dan
tulang. Tingkat kesulitan proses pembuatannya lebih tinggi dari
perkakas batu,” ungkap Indah.
Guna melindungi potensi kepurbakalaan
tersebut, pihaknya mengusulkan agar Pemkab Blora bisa menyusun sebuah
peraturan daerah untuk menetapkan kawasan Goa Kidang sebagai kawasan
dilindungi. Pasalnya penelitian akan terus dilakukan di kawasan tersebut. (res-ib)
0 komentar:
Posting Komentar