InfoBlora.id - Membangukan warga untuk makan sahur sebelum menjalankan ibadah puasa Ramadan menjadi kegiatan bagi anak dan remaja, khususnya di pedesaan.
Meskipun era teknologi canggih, namun kegiatan menggugah atau membangunkan sahur menggunakan kentongan bambu, ditabuh berkelompok, kemudian berkeliling kampung atau wilayah RT dan sekitarnya, sambil menyuarakan ajakan sahur.
Suasaba itu hingga kini masih mentradisi dari generasi ke generasi, yang muncul tiap bulan Ramadan.
Kentongan bambu masih menjadi media yang membumi di bulan Ramadan 1445 Hijriah bagi kalangan remaja di sejumlah desa di Kabupaten Blora.
Kegiatan ensambel musik ini menjadi media dan ditabuh dengan ritmis yang kadang beraturan dan kadang tidak beraturan.
Sekelompok penabuh kentongan itu, mulai bersiap sekitar pukul 02.30 dini hari, kemudian menyiapkan aneka peralatan yang akan dipakai.
Tak berselang lama, mereka mulai berkeliling, menabuh kentongan bambu, dan mensugesti, khususnya para ibu untuk segera bangun, menyiapkan atau menghangatkan makanan.
Ensambel musik itu disebut dengan tek-tek karena suara yang dihasilkan dari kentongan bambu.
Membuat kentongan bambu, tidak membutuhkan biaya mahal. Cukup dengan satu atau dua ruas bambu yang sudah tua dan berukuran besar untuk menghasilkan suara sesuai selera.
Setelah dipotong, kemudian dilubangi bagian tengah, selanjutnya dipukul dengan alat pemukul seadanya tanpa menyesuaikan nada seperti alat musik diatonis atau pentatonis.
Setelah jadi, biasanya anak-anak atau remaja setempat menabuh kentongan bambu dengan berkelompok seperti layaknya ensambel musik etnis. Ada yang diselingi sejumlah alat musik seperti seruling, ketipung, gitar dan lainnya. (Po-78)
0 komentar:
Posting Komentar