Pertunjukan Kesenian Blora di TMII Jakarta Berlangsung Meriah

Pementasan Wayang Gaul bagian dari Pentas Seni Kab.Blora di TMII Jakarta siang tadi.

JAKARTA. Tim kesenian Kabupaten Blora mementaskan Wayang Gaul dan berbagai kesenian khas Blora seperti Barongan dan Tayub di Anjungan Jawa Tengah Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Minggu (16/6).

Tak sia-sia duta seni Blora datang jauh-jauh ke Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta. Kelelahan fisik kru duta seni setelah menempuh perjalanan jauh menggunakan bus terbayarkan dengan sambutan antusias para pengunjung.

Aplaus panjang yang menggema di Anjungan Jawa Tengah membuat tim duta seni Blora tampil lebih all out, Minggu (16/6). Segala kemampuan dan kepiawaian ditunjukan di event yang berlangsung sekali dalam setahun bagi duta seni Blora tersebut.

Di pementasan di Anjungan Jawa Tengah di TMII kali ini, Kabupaten Blora menampilkan Wayang Gaul dengan lakon Satrio Piningit. Dalang yang dipercayakan unjuk kemampuan adalah Ki Hartanto. Perpaduan peralatan musik tradisional dan modern yang mengiringi pementasan wayang kulit membuat decak kagum penonton. ‘’Tak kalah dengan musik di Opera Van Java (OVJ) di Televisi,’’ tandas Ayunda, salah seorang penonton.

Wayang Gaul tidak beda jauh dengan pementasan wayang kulit pada umumnya. Wayang Gaul tampil dengan iringan gamelan dikolaborasikan dengan alat musik modern lainnya. Ditengah pertunjukan wayang penonton dihibur dengan lagu-lagu campursari dan tayub.

Para pengunjung tidak canggung menyanyikan lagu-lagu langgam jawa dan ikut menari tayub bersama diatas panggung.

Wayang Gaul dengan dalang Ki Hartanto Guna Carito membawakan judul Satria Piningit dengan lakon Wisanggeni.

Pentas wayang yang berlangsung sekitar 2 (dua) jam memukau pengunjung TMII. Selain mementaskan wayang juga ada pertunjukan kesenian dari Kab. Blora lainnya, yakni Barong dan Tayub. Kesenian Barongan dipentaskan group kesenian Barongan Singo Kusumo Joyo dari Paguyuban Warga Sambong (Pawarsa) yang bermukim di Jakarta.

Tampak hadir Wakil Ketua DPRD Kab. Blora, M. Dasum dan Abdullah Aminuddin dan Kepala DPPKKI Kab. Blora, Slamet Pamuji dan Ikatan Alumni SMA N 1 Blora (Ilusa).

Ki Hartanto yang juga staf pada Dinas Perhubungan, Pariwisata, Kebudayaan, Komunikasi dan Informatika (DPPKKI) Kab. Blora, mengisahkan Kyai Semar dan Prabu Kresna berada dalam Sonyaluri, sedang membicarakan keadaan Marcapada yang sedang dilanda kekacauan dan semakin tidak jelas kemana arah tujuannya.

“Namun kedua insan ini mendapat petunjuk dari yang Widhi bahwa keadaan akan semakin baik setelah nanti muncul seorang Ksatria Sejati (Satria Piningit) yang ditunggu-tunggu dengan kedatangannya akan membawa perubahan, mewujudkan kedamaian, ketentraman dan keadilan. Ksatria yang dimaksud adalah Wisanggeni Putra Raden Arjuna dan Dewi Dersanala,” tuturnya.

Walau dengan perjuangan sangat keras dan penuh pengorbanan, lanjutnya Raden Wisanggeni dibantu dengan saudara-saudaranya, Yakni Artareja, Raden Gatotkaca, Raden Anta Sena yang semuanya putra-putra Pandawa, akhirnys bisa menyelesaikan semua masalah keangkamurkaan yang dilakukan oleh Prabu Duryudana dan kroni-kroninya. Walau semua itu harus ditebus dengan pertumpahan darah demi untuk mewujudkan keadilan, ketentraman dan keadilan Marcapada. Akhirnya terjadi perang besar (Baratayudha) disebut Perang Darma/Karma. Sirnalah angkara murka oleh Sang Ksatria Sejati-Satria Piningit.

Kepala DPPKKI Kab. Blora, Slamet Pamuji melalui Kepala Bidang Kebudayaan, Suntoyo mengatakan kesempatan pentas di TMII juga dimanfaatkan sebagai ajang promosi tempat wisata dan produk unggulan Blora. “Kami menyediakan stand yang menjual batik, kuliner dan aneka kerajinan kayu dari Blora,” kata Yoyok panggilan akrabnya.

Adapun urutan pentas, diawali dengan lagu-lagu, kemudian adegan Kyai Semar dan Prabu Kresna berdialog selanjutnya bersemedi dan iringan datangnya Sang Hyang Wenang yang bertutur akan datangnya Satria Piningit.

Ditengah-tengah pentas wayang disajikan Campursari Langgam Tayub. Setelah itu, muncul iringan Prabu Duryudana dan trat Prabu Duryudana sedang menyiksa rakyat kecil. Raden Wisanggeni membela orang-orang yang disiksa, dibantu saudara-saudaranya melawan Prabu Duryudana. Akhirnya berhasil menangkap Prabu Duryudana dan mengadakan kesepakatan untuk tetap melaksanakan perang Baratayuda, karena itu yang dianggap bisa menyelesaikan semua permasalahan. (DPPKKI Kab. Blora | rs-infoBlora)