![]() |
Wakil Bupati Blora. H. Arief Rohman M.Si bersama Dinsos P3A, Baznas, dan BBRSPDF Prof. Dr. Soeharso Surakarta menjenguk adik Vea, anak difabel yang ingin kembali sekolah. (foto: dok-ib) |
INFO BLORA. Anak penyandang disabilitas
yang belum bisa berjalan normal sejak bayi hingga usia 11 tahun, Alenda
Primavea Dewi, putri pasangan Gimin dan Adin, pada Senin sore (10/8/2020), dijenguk
Wakil Bupati H. Arief Rohman M.Si bersama Dinsos P3A, Baznas dan Balai Besar
Rehabislitasi Sosial Penyandang Disabilitas Fisik (BBRSPDF) Prof. Dr. Soeharso
Surakarta.
Warga
RT 1 RW 4 Kelurahan Bangkle, Kecamatan Blora, yang berkeinginan keras untuk
bisa sekolah lagi ini langsung diperiksa oleh ahli terapi dari BBRSPDF, dan
suntikan semangat dari Wakil Bupati, Kepala Dinsos P3A, dan Wakil Ketua Baznas.
Dengan didampingi Gimin dan Adin, Vea (panggilan akrabnya) dibantu untuk latihan meluruskan kaki dan mengangkat badannya sendiri oleh ahli terapi. Kemudian dilatih duduk dari posisi tiduran secara benar untuk melatih kekuatan tangan dan kakinya.
Dengan didampingi Gimin dan Adin, Vea (panggilan akrabnya) dibantu untuk latihan meluruskan kaki dan mengangkat badannya sendiri oleh ahli terapi. Kemudian dilatih duduk dari posisi tiduran secara benar untuk melatih kekuatan tangan dan kakinya.
Dalam
kesempatan itu, Wakil Bupati juga menyerahkan bantuan sembako dan dana sosial
kepada orang tua Vea yang berprofesi sebagai tenaga bangunan. Pihaknya berharap
pengobatan Vea bisa dikawal bersama sehingga kemampuannya untuk berdiri hingga
berjalan bisa terwujud meskipun harus melalui beberapa tahap terapi pengobatan.
“Awalnya
kami diberitahu teman-teman media tentang keberadaan Vea yang kondisinya
seperti ini. Sehingga kami mengajak Dinas Sosial bersama Baznas untuk
menjenguk. Kebetulan rombongan BBRSPDF Prof. Dr. Soeharso Surakarta juga bisa
hadir bersama. Kami akan kawal bersama agar dik Vea bisa lebih baik lagi,” ucap
Wakil Bupati H. Arief Rohman, M.Si.
Menurut
Wakil Bupati, saat dicek ahli terapi dari BBRSPDF Surakarta, ternyata kaki
kanannya masih bisa diluruskan. Sedangkan kaki kiri karena sudah bertahun-tahun
dalam posisi tertekuk maka butuh beberapa kali pelatihan dan alat bantu agar
bisa lurus.
“Tadi
langsung dicek, dan diukur agar bisa dibuatkan alat bantu. Sekaligus melatih
orang tuanya agar setiap hari bisa melatih dik Vea bergerak dengan benar.
Seperti melatih meluruskan kaki dan mengangkat badan yang benar. Komunikasinya
normal kok, bisa bicara, berhitung, membaca. Sehingga ingin bisa sekolah lagi,”
lanjut Wakil Bupati.
Pihaknya
menunggu hasil pemeriksaan BBRSPDF terlebih dahulu. Jika cukup dengan terapi
maka akan dikawal proses terapinya di rumah sakit secara rutin. Namun jika
butuh operasi maka Baznas dan Dinsos akan mengawalnya juga.
![]() |
Tim terapi dari BBRSPDF Surakarta memeriksa kondisi kaki Vea dan dilatih untuk diluruskan. (foto: dok-ib) |
“Alhamdulillah
yang bersangkutan sudah memiliki Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan masuk Data
Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS). Kami mohon do’anya semoga dik Vea bisa
segera membaik dan bisa sekolah lagi. Dinsos juga sudah koordinasi dengan Dinas
Pendidikan agar bisa memfasilitasi sekolahnya,” pungkas Wakil Bupati.
Sementara
itu, Adin, ibu Vea, mengucapkan terimakasih atas kunjungan dan bantuan dari
Wakil Bupati dan rombongan Dinsos, Baznas dan BBRSPDF yang sudah sudi hadir ke
rumahnya untuk memberikan perhatian pada anaknya.
“Terimakasih, maturnuwun bantuannya Pak Arief dan seluruh rombongan. Vea ini dulu lahir premature, dan baru bisa duduk pada usia 8 tahun. Sehingga baru masuk sekolah TK pada usia 8 tahun tersebut. Selama di TK dua tahun saya antar jemput pakai kursi roda. Setelah lulus TK tahun kemarin usia 10 tahun dan ingin melanjutkan ke SD. Namun belum bisa karena kondisinya seperti ini,” jelas Adin.
Ia ingin anaknya bisa sekolah di sekolah normal karena kemampuan anaknya sama seperti anak normal lainnya. Bisa membaca, menulis dan berhitung. Hanya ada keterbatasan kemampuan jalan saja. (res-ib)
“Terimakasih, maturnuwun bantuannya Pak Arief dan seluruh rombongan. Vea ini dulu lahir premature, dan baru bisa duduk pada usia 8 tahun. Sehingga baru masuk sekolah TK pada usia 8 tahun tersebut. Selama di TK dua tahun saya antar jemput pakai kursi roda. Setelah lulus TK tahun kemarin usia 10 tahun dan ingin melanjutkan ke SD. Namun belum bisa karena kondisinya seperti ini,” jelas Adin.
Ia ingin anaknya bisa sekolah di sekolah normal karena kemampuan anaknya sama seperti anak normal lainnya. Bisa membaca, menulis dan berhitung. Hanya ada keterbatasan kemampuan jalan saja. (res-ib)
0 komentar:
Posting Komentar